Apa Itu Electronic Prescriptions Service?
Pada umumnya, saat pasien melakukan pengobatan, mereka pasti akan mendapatkan resep obat sesuai anjuran dokter. Resep obat ini diberikan setelah dokter melakukan tindakan perawatan dan melakukan analisis untuk mendapat diagnosis yang tepat.
Dengan demikian, resep obat tersebut dibuat berdasarkan kondisi kesehatan dan kebutuhan pasien sehingga pasti berguna bagi masa penyembuhan pasien.
Namun sayangnya, saat ini pembuatan resep obat masih dilakukan secara manual atau konvensional di kertas. Akibatnya, masih banyak terjadi kesalahan dalam proses peresepan obat yang tentunya dapat berakibat fatal dan membahayakan pasien. Dalam bidang medis, kesalahan ini disebut dengan medication error.
Nah, untuk mencegah terjadinya medication error, dibutuhkan intervensi komputer atau digitalisasi dalam proses peresepan obat. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai electronic prescriptions service atau e-prescribing.
Apa Itu Electronic Prescriptions Service atau EPS?
Secara singkat, electronic prescriptions service (EPS) adalah sistem peresepan obat yang dilakukan secara digital. Sistem ini memungkinkan dokter umum atau spesialis terhubung langsung dengan unit farmasi rumah sakit sehingga proses peresepan obat menjadi lebih efisien dan efektif.
Selain itu, dengan EPS, tahapan-tahapan dalam peresepan obat menjadi lebih ringkas dan minim kesalahan. Mulai dari tahap penulisan resep (prescribing), tahap pembacaan resep (transcribing), tahap penyiapan hingga penyerahan obat (dispensing), tahap penggunaan obat (administration), dan tahap pengawasan (monitoring).
Mengapa Electronic Prescriptions Service Penting?
Saat ini, penerapan EPS semakin dianggap penting karena sistem ini dinilai dapat mengatasi beberapa kekurangan peresepan obat secara manual seperti berikut ini.
● Tulisan dokter yang sulit dibaca
Saat ini, pembuatan resep biasanya masih menggunakan cara manual atau konvensional di kertas. Masih banyak dokter merasa lebih nyaman menulis tangan resep mereka.
Namun sayangnya, kadang kala, tulisan dokter ini sulit dibaca oleh apoteker sehingga menyebabkan risiko terjadinya salah peresepan obat menjadi lebih besar.
Nah, untuk mengatasi permasalahan tersebut, EPS menjadi solusi yang tepat. Dokter dapat mengirimkan resep obat secara elektronik ke unit farmasi rumah sakit dan obat bisa langsung diproses.
● Proses penebusan obat yang kurang efisien
Dalam peresepan obat secara konvensional, dokter biasanya memberikan resep dokter kepada pasien dan selanjutnya pasien harus menyerahkan resep tersebut secara langsung kepada apoteker untuk mendapat obat.
Proses ini tentunya sangat memakan waktu. Terlebih jika pelayanan sedang ramai, pasien bisa menunggu hingga berjam-jam untuk mendapat obat.
Nah, dengan EPS, dokter dapat mengirimkan resep obat secara langsung ke unit farmasi rumah sakit. Setelah resep diterima, apoteker bisa langsung menyiapkan obat pasien.
Alhasil, pasien tidak perlu menyerahkan kertas resep dokter kepada apoteker dan waktu untuk antre menjadi lebih singkat. Hal ini tentunya sangat menghemat waktu dan bisa meningkatkan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.
● Boros kertas
Dalam peresepan obat secara manual, ada banyak sekali kertas yang digunakan. Hal ini dinilai tidak ramah lingkungan dan menyebabkan pengeluaran operasional rumah sakit menjadi lebih besar.
Kehadiran EPS tentunya mampu mengurangi penggunaan kertas secara signifikan karena peresepan obat dilakukan secara digital. Selain itu, EPS juga dapat menekan biaya operasional rumah sakit terhadap pengadaan kertas untuk resep obat.
● Rentan terjadi pemalsuan resep
Saat peresepan obat dilakukan secara manual, tindakan pemalsuan resep lebih mungkin untuk dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Umumnya, pemalsuan resep ini bertujuan untuk mendapatkan obat-obatan yang tidak sembarang dijual. Hal ini tentunya dapat berakibat penyalahgunaan obat yang fatal.
Penerapan EPS menjadi sangat penting untuk mencegah hal tersebut terjadi. Dokter bisa memberikan resep obat secara langsung kepada unit farmasi rumah sakit dan pasien hanya perlu menunggu obat tersebut siap.
Alhasil, penggunaan kertas resep sebagai “biang kerok” rentannya pemalsuan obat dapat berkurang.